Penerapan Prinsip Arsitektur Berkelanjutan: Integrasi Nilai Ekologi, Keilmuan, dan Kebangsaan

I. Pendahuluan

Latar Belakang

Pemanasan global, krisis energi, dan degradasi lingkungan telah menjadi isu global yang menuntut perubahan paradigma dalam dunia arsitektur. Sebagai disiplin ilmu yang berkaitan langsung dengan penciptaan ruang dan penggunaan sumber daya alam, arsitektur memegang peran strategis dalam membentuk keseimbangan antara manusia dan lingkungannya. Dalam konteks ini, gagasan arsitektur berkelanjutan dan ekologi arsitektur menjadi dasar penting menuju rancangan bangunan yang hemat energi, ramah lingkungan, serta berorientasi pada kesejahteraan manusia.

Gagasan tersebut diperluas oleh Syamsiyah (2015) melalui pendekatan soundscape yang menyoroti aspek non-fisik arsitektur, yakni persepsi bunyi lingkungan sebagai elemen penting pembentuk karakter ruang dan identitas budaya. Dengan demikian, keberlanjutan arsitektur tidak hanya mencakup dimensi ekologis dan energi, tetapi juga aspek sosial, kultural, dan psikologis manusia.

Tujuan

Tujuan dari laporan ini adalah:

  1. Menganalisis prinsip, metode, dan penerapan arsitektur berkelanjutan berdasarkan tiga kajian ilmiah.
  2. Menelaah keterpaduan nilai-nilai ekologis, ilmiah, dan kebangsaan dalam penerapan arsitektur berkelanjutan di Indonesia.
  3. Menyusun sintesis konseptual mengenai arah pengembangan arsitektur berkelanjutan yang relevan bagi konteks tropis dan sosial-budaya Indonesia.


II. Metodologi

Cara Eksplorasi

Metode eksplorasi dilakukan melalui kajian literatur komparatif terhadap tiga sumber ilmiah:

  1. Sukawi (2008): “Ekologi Arsitektur: Menuju Perancangan Arsitektur Hemat Energi dan Berkelanjutan” — membahas pendekatan eko-arsitektur berbasis keseimbangan alam dan efisiensi energi.
  2. Syamsiyah dkk. (2015): “Rancangan Arsitektur Berkelanjutan melalui Metode Soundscape” — menekankan pendekatan persepsi ruang melalui aspek bunyi dan identitas budaya.
  3. Permana dkk. (2024): “Penerapan Prinsip Arsitektur Berkelanjutan pada Renovasi Bangunan Rumah Tinggal” — menguraikan penerapan prinsip Green Building Council Indonesia (GBCI) dalam konteks perumahan tropis.

Metode Analisis

Analisis dilakukan secara kualitatif deskriptif, mencakup:

  • Identifikasi prinsip-prinsip keberlanjutan (energi, material, air, kenyamanan, dan budaya).
  • Analisis komparatif terhadap pendekatan metodologis tiap penelitian.
  • Penilaian terhadap nilai-nilai bahasa ilmiah, keilmuan arsitektur, serta kontribusinya terhadap wawasan kebangsaan dalam konteks pembangunan berkelanjutan di Indonesia.


III. Hasil dan Pembahasan

1. Nilai Ekologis

Ketiga penelitian menegaskan pentingnya hubungan harmonis antara manusia dan lingkungan.

Sukawi (2008) menekankan konsep eco-architecture sebagai proses desain yang holistik dan berorientasi pada keseimbangan ekosistem melalui efisiensi energi, material alami, serta orientasi bangunan terhadap kondisi iklim lokal.

Permana dkk. (2024) menunjukkan penerapan praktis prinsip Green Building - meliputi konservasi air, material daur ulang, pencahayaan alami, ventilasi silang, serta pengelolaan limbah rumah tangga.

Syamsiyah (2015) menambahkan dimensi ekologis non-fisik melalui soundscape, di mana keseimbangan akustik lingkungan mencerminkan kesehatan ekologis kawasan.


Ketiganya membentuk pandangan komprehensif bahwa arsitektur berkelanjutan harus melibatkan keberlanjutan fisik (energi dan material) serta keberlanjutan sensorial (kenyamanan inderawi dan emosional).

2. Nilai Keilmuan

Secara metodologis, ketiga jurnal merepresentasikan perkembangan pendekatan ilmiah dalam arsitektur:

Sukawi menggunakan pendekatan teoretis-konseptual yang memadukan teknologi dan alam.

Syamsiyah menerapkan mixed method dengan triangulasi data kualitatif dan kuantitatif untuk mengukur persepsi bunyi dan kenyamanan.

Permana dkk. menggunakan observasi lapangan dan analisis deskriptif untuk penerapan prinsip arsitektur berkelanjutan secara empiris pada proyek renovasi.


Hal ini menunjukkan bahwa arsitektur berkelanjutan merupakan bidang interdisipliner, mengintegrasikan aspek ilmiah (teknologi, akustik, lingkungan), sosial (kenyamanan pengguna), dan budaya (identitas lokal).

3. Nilai Kebangsaan

Aspek kebangsaan tercermin dalam upaya membangun arsitektur yang sesuai dengan karakter tropis, budaya lokal, dan kebutuhan masyarakat Indonesia:

Eco-architecture (Sukawi) menyerukan kemandirian bangsa dalam mengembangkan standar arsitektur hijau berbasis kondisi geografis Indonesia, bukan sekadar meniru model luar negeri.

Soundscape (Syamsiyah) memperkuat nilai kebhinekaan melalui pelestarian identitas budaya dan simbol-simbol lokal (misalnya suara gamelan atau adzan sebagai soundmark kawasan).

Penerapan prinsip GBCI (Permana) menegaskan pentingnya inovasi lokal dalam menciptakan hunian tropis yang ramah lingkungan dan hemat energi.


Dengan demikian, arsitektur berkelanjutan tidak hanya berfungsi sebagai solusi teknis, tetapi juga sebagai sarana membangun identitas nasional yang berakar pada kearifan lokal dan kesadaran ekologis bangsa.


IV. Kesimpulan dan Rekomendasi

Kesimpulan

  1. Arsitektur berkelanjutan merupakan sintesis antara eco-architecture, soundscape design, dan green building implementation yang berorientasi pada keseimbangan alam, kenyamanan manusia, dan pelestarian budaya.
  2. Pendekatan keberlanjutan menuntut integrasi antara aspek fisik (energi, material, air), aspek sensorik (kenyamanan visual dan akustik), serta aspek sosial-budaya (identitas dan kesadaran kebangsaan).
  3. Kajian ini menunjukkan bahwa arah pengembangan arsitektur Indonesia masa depan harus berpijak pada prinsip keberlanjutan yang kontekstual, inovatif, dan berakar pada budaya lokal.

Rekomendasi

  1. Bagi akademisi: Perlu dikembangkan riset interdisipliner yang menggabungkan aspek teknologi, ekologi, dan psikologi lingkungan dalam arsitektur.
  2. Bagi praktisi dan perancang: Disarankan menerapkan prinsip green design secara nyata pada setiap skala proyek, termasuk integrasi elemen alami, akustik lingkungan, dan efisiensi energi.
  3. Bagi pemerintah: Diperlukan kebijakan arsitektur berkelanjutan nasional berbasis standar tropis Indonesia yang menggabungkan nilai-nilai budaya lokal serta prinsip ilmiah global.


Daftar Rujukan

Sukawi. (2008). Ekologi Arsitektur: Menuju Perancangan Arsitektur Hemat Energi dan Berkelanjutan. Simposium Nasional RAPI VII. Universitas Diponegoro.

Syamsiyah, N. R., Utami, S. S., & Dharoko, A. (2015). Rancangan Arsitektur Berkelanjutan melalui Metode Soundscape. Seminar Nasional Sains dan Teknologi, Universitas Muhammadiyah Jakarta.

Permana, I. N. Y., Inayah, N., Arini, N. N. N., & Kusumaningthiyas, W. A. (2024). Penerapan Prinsip Arsitektur Berkelanjutan pada Renovasi Bangunan Rumah Tinggal. Jurnal SADE Vol. 3 No. 2, Universitas Mataram.

Comments

Popular posts from this blog

Bahasa Persatuan: Menjaga Kebinekaan melalui Bahasa Indonesia

Kuis Materi Pembelajaran 2

Kuis Materi Pembelajaran 1